Dalam dunia kesehatan nuklir bagaikan dua buah sisi mata uang, dapat berefek positif maupun negatif. Nuklir digunakan dalam dunia kesehatan sebagai alat untuk mendiagnosa penyakit sekaligus dapat pula memberikan terapi. Henry Bacquerel penemu radioaktivitas telah membuka cakrawala nuklir untuk kesehatan. Masyarakat kedokteran menggunakan radioisotop Radium untuk pengobatan kanker, dan dikenal dengan Brakiterapi. Meskipun kemudian banyak ditemukan radiosiotop yang lebih menjanjikan untuk brakiterapi, sehingga Radium sudah tidak direkomendasikan lagi untuk digunakan. Radioisotop untuk diagnosa penyakit memanfaatkan instrumen yang disebut dengan Pesawat Gamma Kamera atau SPECT (Single Photon Emission Computed Thomography). Sedangkan aplikasi untuk terapi sumber radioisotop terbuka ini seringkali para pakar menyebutnya sebagai Endoradioterapi.
Nuklir juga bisa menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Energi yang dihasilkan dari reaksi fisi nuklir terkendali di dalam reaktor nuklir dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Instalasi pembangkitan energi listrik semacam ini dikenal sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Salah satu bentuk reaktor nuklir adalah reaktor air bertekanan (pressurized water reactor/PWR) yang skemanya ditunjukkan dalam gambar. Energi yang dihasilkan di dalam reaktor nuklir berupa kalor atau panas yang dihasilkan oleh batang-batang bahan bakar. Kalor atau panas dialirkan keluar dari teras reaktor bersama air menuju alat penukar panas (heat exchanger). Di sini uap panas dipisahkan dari air dan dialirkan menuju turbin untuk menggerakkan turbin menghasilkan listrik, sedangkan air didinginkan dan dipompa kembali menuju reaktor. Uap air dingin yang mengalir keluar setelah melewati turbin dipompa kembali ke dalam reaktor. Untuk menjaga agar air di dalam reaktor (yang berada pada suhu 300 derajat celcius) tidak mendidih (air mendidih pada suhu 100 derajat celcius dan tekanan 1 atm), air dijaga dalam tekanan tinggi sebesar 160 atm. Tidak heran jika reaktor ini dinamakan reaktor air bertekanan.
Namun disamping itu nuklir juga dapat memberikan efek negatif terhadap perkembangan kesehatan manusia. Pada tanggal 11 Maret 2011 dunia dikagetkan dengan bencana tsunami yang terjadi di jepang. Kini negeri yang memiliki kemajuan teknologi tinggi itu juga diancam bahaya baru yakni radiasi nuklir. Akibat gempa dan tsunami, pendingin nuklir tak lagi bekerja, hal inilah yang mengakibatkan nuklir nomor 1 di Fukushima meledak. Ancaman kontaminasi radioaktif pun menjadi pembicaraan baru di Jepang. Untuk menghindari ancaman radiasi akibat ledakan nuklir tersebut, pemerintah telah mengevakuasi warga dengan jarak radius 20 km dari pusat ledakan. Selain itu warga Jepang diminta untuk tetap di rumah, mematikan AC dan tidak meminum air langsung dari keran. Bagi warga yang hendak keluar rumah, pemerintah menyarankan untuk memakai jaket dan baju yang menutupi seluruh tubuh, mengenakan masker dan handuk basah guna mengurangi efek paparan langsung dari radiasi. Selain menghimbau warganya, pemerintah Jepang juga telah mengumpulkan yodium guna melawan penyakit radiasi. Investigasi terhadap dampak ledakan ini juga terus diselidik.
Sebenarnya, secara alami tubuh manusia memiliki mekanisme untuk melindungi diri dari kerusakan sel akibat radiasi maupun zat kimia berbahaya lainnya. Namun, radiasi pada tingkatan tertentu tidak bisa ditoleransi oleh tubuh, yang akan mengakibatkan sindrom radiasi akut (Acute Radiation Syndrome). ARS yang disebut juga keracunan radiasi ini memiliki beberapa gejala dan dampaknya.
- Dampak awal atau jangka pendek akibat radiasi tinggi di sekitar reaktor nuklir antara lain adalah :
- Mual Muntah
- Diare
- Sakit Kepala
- Demam
Gejala awal ini bisa berlangsung hingga beberapa hari. Setelah gejala awal hilang, biasanya seseorang akan kembali bugar seperti tak terkena radiasi. Namun, tak lama penderitaan awal itu akan kembali dengan level yang lebih parah.
- Dampak setelah terpapar radiasi nuklir selama beberapa hari di antaranya adalah :
- Pusing, mata berkunang-kunang
- Disorientasi atau bingung menentukan arah
- Lemah, letih dan tampak lesu
- Kerontokan rambut dan kebotakan
- Muntah darah
- Tekanan darah rendah
- Luka susah sembuh
- Gejala kronis alias jangka panjang dari radiasi nuklir umumnya justru dipicu oleh tingkat radiasi yang rendah sehingga tidak disadari dan tidak diantisipasi hingga bertahun-tahun. Beberapa dampak mematikan akibat paparan radiasi nuklir jangka panjang antara lain adalah :
- Kanker
- Penuaan dini
- Gangguan sistem saraf dan reproduksi
- Mutasi genetik.
Kematian yang diakibatkan rusaknya tulang sumsum, infeksi, atau pendarahan juga menjadi akibat dari paparan radiasi nuklir jangka panjang.
Sumber :
- http://health.detik.com/read/2011/03/13/100359/1590502/763/bahaya-bahaya-kesehatan-jika-terkena-radiasi-nuklir
- http://www.artikelkedokteran.com/109/%E2%80%9Cdampak-positif-dan-negatif-dari-nuklir%E2%80%9D.html
- http://ridwanaz.com/teknologi/pengertian-nuklir-pemanfaatan-energi-nuklir/
- http://gugling.com/2011/03/13/reaktor-nuklir-meledak-apa-bahayanya-bagi-manusi/
- http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/06/dampak-positif-dan-negatif-nuklir-terhadap-manusia/
Keren sob
BalasHapuswww.kiostiket.com