A. Sentralisasi
Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi. Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah.
Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah di mana seluruh keputusan dan kebijakan di daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah pusat, sehingga waktu yang diperlukan untuk memutuskan sesuatu menjadi lama. Kelebihan sistem ini adalah di mana pemerintah pusat tidak harus pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat perbedaan pengambilan keputusan, karena seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah pusat.
B. Desentralisasi
Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan kebijakan kepada manajer atau orang-orang yang berada pada level bawah dalam suatu struktur organisasi. Pada saat sekarang ini banyak perusahaan atau organisasi yang memilih serta menerapkan sistem desentralisasi karena dapat memperbaiki serta meningkatkan efektifitas dan produktifitas suatu organisasi.
Pada sistem pemerintahan yang terbaru tidak lagi banyak menerapkan sistem sentralisasi, melainkan sistem otonomi daerah atau otda yang memberikan sebagian wewenang yang tadinya harus diputuskan pada pemerintah pusat kini dapat di putuskan di tingkat pemerintah daerah atau pemda. Kelebihan sistem ini adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Namun kekurangan dari sistem desentralisasi pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkat kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.
MOTIVASI
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.[1] Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan.[2]
Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan "saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat.
Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi.[2] Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.[2]
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.[1] Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi.[2] Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.[2]
Pendelegasian wewenang
PENDAHULUAN :
Pendelegasian
wewenang merupakan sesuatu yang vital dalam organisasi kantor. Atasan perlu
melakukan pendelegasian wewenang agar mereka bisa menjalankan operasi manajemen
dengan baik. Selain itu, pendelegasian wewenang adalah konsekuensi logis dari
semakin besarnya organisasi. Bila seorang atasan tidak mau mendelegasikan
wewenang, maka sesungguhnya organisasi itu tidak butuh siapa-siapa selain dia
sendiri.Bila atasan menghadapi banyak pekerjaan yang tak dapat dilaksanakan
oleh satu orang, maka ia perlu melakukan delegasi. Pendelegasian juga dilakukan
agar manajer dapat mengembangkan bawahan sehingga lebih memperkuat organisasi,
terutama di saat terjadi perubahan susunan manajemen.
Yang penting disadari
adalah di saat kita mendelegasikan wewenang kita memberikan otoritas pada orang
lain, namun kita sebenarnya tidak kehilangan otoritas orisinilnya. Ini yang
sering dikhawatirkan oleh banyak orang. Mereka takut bila mereka melakukan
delegasi, mereka kehilangan wewenang, padahal tidak, karena tanggung jawab
tetap berada pada sang atasan. Berikut ada tips bagaimana mengusahakan agar
para atasan mau mendelegasikan wewenang.
Ciptakan budaya kerja
yang membuat orang bebas dari perasaan takut gagal/salah.
Keengganan
seorang atasan/manajer untuk mendelegasikan wewenang biasanya dikarenakan mereka
takut kalau-kalau tugas mereka gagal dikerjakan dengan baik oleh orang lain.
Ini perlu diatasi dengan mendorong mereka untuk berani menanggung resiko. Hanya
dengan berani menanggung resikolah perusahaan akan mendapatkan manajer-manajer
yang handal dan berpengalaman. Ciptakan budaya bahwa pendelegasian wewenang
adalah upaya agar manajer anda menjadi semakin matang. Pendelegasian wewenang
bukan sebuah hukuman yang mengurangi kekuasaan manajer, namun membuka
kesempatan bagi pengembangan diri mereka dan bawahan.Jadikan pendelegasian
wewenang sebagai bagian dari proses perbaikan.
Tips Agar Atasan Mau Mendelegasikan Wewenang
Salah satu efek pendelegasian
wewenang adalah pengungkapan kelemahan-kelemahan dalam suatu pekerjaan. Tentu
akan sangat tidak mengenakkan bagi seorang manajer bila kelemahan kerja mereka
diketahui. Karenanya, yakinkan bahwa pendelegasian wewenang sama sekali bukan
untuk menghukum mereka, namun sebagai bagian dari proses perbaikan kerja secara
keseluruhan. Mungkin juga sebuah pendelegasian tidak memperbaiki apa-apa, namun
setidaknya mendorong manajer anda untuk berpikir untuk memperbaiki dirinya
sendiri.Dorong agar manajer anda merasa pasti dan aman.
Seringkali ada keinginan pada
seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan itu sendiri. Mereka ingin merasakan
kepuasan pribadi bila mengerjakannya sendiri. Biasanya mereka memiliki
kemampuan yang memadai namun tidak merasa pasti akan pekerjaannya. Untuk itulah
anda perlu menunjukkan bahwa pekerjaan yang dihasilkan sebuah tim tidak mengurangi
mutu kerja yang diinginkannya. Tunjukkan keyakinan anda bahwa ia tetap
melakukan sesuatu yang baik meski melalui tangan orang lain. Pastikan pula
bahwa anda tidak sedang menarik wewenang itu darinya, justru kini ia menempati
suatu posisi baru yang membuatnya bisa melihat cakrawala pekerjaan lebih luas.
Berikut adalah beberapa tips agar atasan mau mendelegasikan wewenang :
- Didiklah manajer anda untuk tetap bisa mengendalikan pekerjaannya dengan baik.
Manajer yang belum tahu
bagaimana mengendalikan pekerjaan yang didelegasikan tidak akan bisa
mendelegasikan wewenang. Oleh karena itu anda harus mengajari mereka bagaimana
mereka bisa tetap mengendalikan pekerjaan yang didelegasikan itu dengan baik.
Ini yang dinamakan tanggung jawab. Ajari bagaimana manajer anda meminta laporan
secara periodik dari bawahannya, atau mengadakan pertemuan untuk membahas
pencapaian tujuan dan sasaran pekerjaan. Tanpa bekal ini, tak seorang manajer
mau mendelegasikan wewenang, kecuali ia seorang pemalas.
- Tentukan mana yang bisa didelegasikan dan mana yang harus dikerjakan sendiri
Tidak semua pekerjaan
bisa didelegasikan begitu saja. Bila semua pekerjaan dan tanggung jawab habis
didelegasikan, maka seseorang tak perlu melakukan apa-apa. Tentukan dengan
jelas mana-mana yang anda ingin ia mengerjakannya sendiri, sesuai dengan
kualifikasi dan tanggung jawab langsungnya, mana yang bisa didelegasikan pada
orang lain. Dengan demikian anda memberikan kepastian pada manajer itu untuk
mengetahui apa-apa yang anda inginkan darinya.
- Pilihlah penerima delegasi dengan cermat dan baik.
Keengganan manajer
melakukan delegasi karena mereka takut wewenang itu akan disalahgunakan oleh
bawahannya. Atau, bawahannya tidak akan mampu melakukan sebaik yang ia lakukan.
Oleh karena itu pilihlah secara cermat dan bijak bawahan yang pantas menerima
delegasi. Jangan pilih sembarang orang. Konsekuensi pendelegasian wewenang
adalah upaya untuk mengembangkan bawahan. Ini termasuk menuntut bawahan untuk
benar-benar bertanggung jawab atas wewenang yang diberikannya.
- Kembangkan para bawahan agar mampu melakukan pekerjaan dengan baik.
Bila sebuah wewenang
telah didelegasikan, maka anda, selaku pimpinan perusahaan, harus mengupayakan
agar manajer yang menjadi bawahan anda berhasil mengendalikan pekerjaannya,
sekaligus mengembangkan staff bawahan agar berhasil mengerjakan pekerjaan yang
didelegasikan padanya. Kedua belah pihak memerlukan bantuan anda. Mengembangkan
bawahan bertujuan agar bawahan bisa bekerja dengan baik, sekaligus agar manejer
pemberi delegasi tetap bisa mempertanggungjawabkan pendelegasian itu dengan
baik.
- Ciptakan budaya kerja tim.
Dalam organisasi, selalu
ada saja orang-orang yang ingin mendominasi. Mereka ingin mengumpulkan wewenang
sebanyak-banyaknya. Atau sebaliknya ada saja orang-orang yang menghindari
masalah dan menolak setiap tanggung jawab. Tugas anda sebagai pimpinan
perusahaan adalah menunjukkan tujuan yang jelas bagi semua pihak sehingga
terciptakan sebuah budaya kerja tim. Tidak ada pengakuan kerja hanya pada
pribadi-pribad tertentu, melainkan pada upaya-upaya kelompok. Tidak ada orang
yang tidak bisa digantikan, melainkan sebuah tim pemenang.
Pendelegasian
Pendelegasian (pelimpahan
wewenang) merupakan salah satu elemen penting dalam fungsi pembinaan. Sebagai
manajer perawat dan bidan menerima prinsip-prinsip delegasi agar menjadi lebih
produktif dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Delegasi wewenang
adalah proses dimana manajer mengalokasikan wewenang kepada bawahannya.
.
Hambatan
- Hambatan Pendelegasian
- Hambatan hambatan pada delegator
1. Kemampuan yang diragukan oleh dirinya
sendiri
2. Meyakini
bahwa seseorang “mengetahui semua rincian”
3. “Saaya dapat melakukannya lebih baik oleh
diri saya sendiri” buah pikiran yang keliru.
4. Kurangnya
pengalaman dalam pekerjaan atau dalam mendelegasikan
5. Rasa tidak aman
6. Takut
tidak disukai
7. Penolakan untuk mengakui kesalahan
8. Kurangnya kepercayaan pada bawahan
9. Kesempurnaan, menyebabkan kontrol yang
berlebihan
10. Kurangnya
ketrampilan organisasional dalam menyeimbangkan beban kerja
11. Kegagalan untuk
mendelegasikan kewenangan yang sepadan dengan tanggung jawab.
12. Keseganan untuk mengembangkan bawahan
13. Kegagalan untuk menetapkan kontrol dan tindak lanjut yang efektif.
·
Hambatan
hambatan pada yang diberi delegasi
1. Kurangnya pengalaman
2. Kurangnya kompetensi
3. Menghindari tanggung jawab
4. Sangat tergantung dengan boss
5. Kekacauan [disorganization]
6. Kelebihan beban kerja
7. Terlalu
memperhatikan hal hal yang kurang bermanfaat
·
Hambatan
hambatan dalam situasi
1. Kebijakan tertuju pada satu orang
2. Tidak ada toleransi kesalahan
3. Kekritisan keputusan
4. Urgensi, tidak
ada waktu untuk menjelaskan [krisis manajemen]
5. Kebingungan
dalam tanggung jawab dan kewenangan.
6. Kekurangan tenaga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar